Di negara kita, warna merah, kuning, hijau, biru dan dan kombinasi
beberapa warna. telah tertanam
dengan makna yang difahami masyarakat luas, Warna-warna itu
telah menjadi simbol tetap dari beberapa partai politik di panggung politik
kita.
Menjelang Pemilihan
Gubernur (Pilgub) Jawa Barat yang akan berlangsung 2013 nanti, bermunculanlah
aktor lama dan aktor baru bahkan aktor independen ikut tampil di atas panggung
politik kelak, tidak hanya itu para selebriti ikut unjuk gigi juga. Dengan
berbagai bendera dan background yang
disandangnya, mereka mulai berhamburan perang janji, salah satunya lewat iklan
di media massa atau lewat papan-papan reklame, alhasil wajah-wajah calon
pemimpin kita menghiasi jalanan.
Dalam dunia
perpolitikan bahasa dan simbol merupakan hal paling penting yang dijadikan
senjata alat komunikasi bagi mereka. Menurut Rush dan Althoff (1997: 255), komunikasi
politik adalah transmisi informasi yang relevan secara politis dari satu bagian
sistem politik kepada sistem politik yang lain, dan antara sistem sosial dengan
sistem politik – merupakan unsur dinamis dari satu sistem politik; dan proses
sosialisasi, partisipasi, serta rekrutmen politik bergantung pada komunikasi.
Dari proses politik
seperti itu, terlihat kemudian posisi penting komunikasi politik terutama
sebagai jembatan untuk menyampaikan pesan-pesan yang dapat memfungsikan
kekuasaan. Proses ini berlangsung di semua tingkat masyarakat dan setiap tempat
yang memungkinkan terjadinya pertukaran informasi di antara individu dengan
kelompoknya, bahkan di antara anggota masyarakat dengan para penguasanya.
Karena itu,
menjelang pesta perayaan politik 2013 nanti, proses komunkasi politik ini telah
gencar dilakukan oleh orang-orang partai politik. Dari sekarang masyarakat seakan
di timpa pesan-pesan politik yang
menggiurkan, yang akhirnya siapa yang pencitraannya paling menarik maka ialah
yang akan mendapat suara terbanyak, entah
masyarakat itu benar-benar menyerap pesan tersebut atau hanya ikut-ikutan
saja.
Jika suara
terbanyak di dapat dari masyarakat awam yang ikut-ikutan saja “siapa yang
paling ramai yang dipilih”, maka ini terjadi karena tipikal masyarakat
Indonesia yang kolektivisme. Berbeda dengan corak individualisme yang
berkembang di Negara-negara Barat, model kolektivisme suatu masyarakat seperti
di Indonesia sangat menekankan pada kultur kebersamaan. (Harian Umum Pikiran
Rakyat, 10 Mei 2012). Artinya rakyat memilih bukan atas dasar pemahaman dan
pengetahuannya.
Bahasa dan Simbol Politik
Bahasa selain
sebagai alat komunikasi ternyata memiliki pengertian dan pemaknaan yang luas,
seperti pengertian yang satu ini. Bahasa bukan sekadar alat komunikasi untuk memaknai suatu realitas objektif semata.
Namun bahasa juga merupakan kegiatan sosial, bukan sesuatu yang netral dan
konsisten, melainkan partisipan sosial yang dapat dikonstruksi dan
direkonstruksi, serta di-setting untuk membentuk gagasan dan tindakan
seseorang. Menurut Michel Foucault (1972: 216).
Fenomena bahasa
yang bisa di manifulasi ini sebagai salah satu cara yang juga dilakukan untuk
membentuk pencitraan diri oleh para pemain politik, bagaimanapun bahasa ialah
salah satu jalan agar terjalinnya suatu komunikasi dimana ada pesan yang ingin komunikator
sampaikan diterima komunikan agar mendapat kesatuan makna yang ingin dicapai.
Bahasa digunakan oleh seorang pemimpin untuk memberikan image pemimpin yang kuat dan mampu
bertindak menghadapi ancaman-ancaman yang terjadi dalam Negeri. Pada saat yang
bersamaan bahasa digunakan pula untuk pengalihan isu atau persoalan lain.
Situasi politik pada masa ini yang menyaksikan bahasa liberal menjadi bahasa
utama dalam wacana politik, sehingga memaksa kumpulan konservatif menyesuaikan
retorik dan juga tindakan dalam kes tertentu dengan bahasa liberal.
Selain bahasa, tindakan kelompok-kelompok politik ini juga
sarat dengan pelbagai simbol yang ditujukan kepada rakyat untuk tujuan tertentu. Panggung politik
bersama para aktornya menggunakan bahasa sebagai senjata untuk melancarkan aksi
perpolitikannya. Tidak cukup dengan bahasa, simbol-simbol pun dijadikan sebagai
identitas dari suatu kelompok tertentu. Lapangan
politik mungkin tempat yang paling mudah untuk diperhatikan pelbagai simbol itu
bercampur baur, menyampaikan pelbagai makna dan ditafsir untuk menyampaikan
pesan masing-masing kepada masyarakat.
Di negara kita, warna merah, kuning, hijau, biru
dan dan kombinasi beberapa warna. telah
tertanam dengan makna yang difahami masyarakat luas, Warna-warna itu
telah menjadi simbol tetap dari beberapa partai politik di panggung politik
kita. Terutama bagi mereka yang aktif dalam politik, warna-warna
tersebut membawa makna yang jelas. Istilah-istilah berbentuk tema tertentu juga
menjadi salah satu cara aktor-aktor politik menyampaikan massage atau suasana tertentu, bertujuan membentuk mood rakyat pada masa tertentu.
Semua perhelatan politik, bahasa dan simbol menjadi
suatu alat komunikasi politik yang relevan pada masanya kini. Seolah bahasa dan
simbol politik ini harus tersampaikan pada publik. Secara otomatis media massa
sangat berperan sebagai mediasi antara pemain politik dan masyarakat, sebagai
objek politik yang akan terus manjadi partisipan politik yang kritis dan
radikal dalam menilai perpolitikan di negeri ini. Maka, kita rakyat sebagai
penonton, tentunya hanya menginginkan permainan politik ini dilakoni secara
sehat dan jujur. Karena sejatinya rakyatlah yang akan memilih siapa yang pantas
menjadi aktor di panggung politik ini. (Sova
Sandrawati)